10 Maret 2009

Jawaban sederhana penuh makna dari seorang ayah

Kebetulan sore itu tempat meetingku dekat dengan rmah sahabatku, tanpa pikir panjang aku langsung mampir kermah sahabatku itu, kupikir sambil nunggu di jemput mas erry aku bisa bersilatuhrahmi dengan kedua orang tua sahabatku itu.

Ayah menyambutku dengan suara khasnya, juga dengan tawa hangatnya…hmmm….kekagumanku sejak kali pertama bertemu dengan beliau sampai detik ini tidak sedikit pun beranjak dari diriku, dia memang bukan ayahku, tapi sayangnya kepadaku sama seperti dia menyayangi buah hatinya….jujur saja aku tidak pernah sanggup menatap mata teduhnya, karena mata itu selalu mengingatkanku kepada sosok Papaku sendiri.

Kucium tangan ayah sebagai tanda hormatku kepada beliau, “umi kemana ‘yah? tanyaku. Biasa Umi itu kl jam segini ngajar anak-anak mengaji, loch kok g dirumah, tanyaku. Kalau dirumah nanti selepas magrib, jawab ayah. Yah begitulah umi, dari ayah kenal sampai sekarang, umi selalu menyempatkan waktunya utk mengajar anak-anak mengaji, kalau mereka tdk datang, Umi lah yang mendatangi rumah mereka, karena memang hanya itu yang bisa umi lakukan untuk menanam kebajikan….”subhanallah, hati ku mengucap kekaguman kepada kedua orang tua ini.

Rumah temanku ini sangat sederhana, tinggalnyapun hanya di gang sempit, namun kalau kita masuk kedalam rumah itu, terasa sekali kehangatannya, aroma kasih sayang itu serasa menyelimuti setiap tamu yang datang kerumah itu, kehangatan selalu terpancar diwajah kedua org tua terkasih itu.

Kami duduk di ruang tamu, ayah bergegas mengambilkan aku krupuk, Sambil makan krupuk, aku terdiam menikmati suasana sepi rumah, ayah lama memandang wajahku, beliau seperti membaca gurat keresahan diwajahku, namun ayah amatlah arif, dia tidak meminta aku bercerita tapi malah dia yang menceritakan kisah hidupnya dimasa lalu,ayah seperti sdng mengambarkan perjalanan suatu kehidupan dimana masalah itu bukanlah suatu beban berat.

Meidy tau gak? Kl pekerjaan ayah ini hanya seorang sopir angkot, coba meidy bayangkan, anak ayah ada delapan, belum lagi anak-anak yatim yang mengaji dirumah ini , yang kadang juga perlu ayah bantu, tapi bagi ayah semuanya itu adalah amanah yang harus ayah jaga dan rawat, coba Meidy Tanya sama umi, pernahkah ayah mengeluh, semuanya ayah dan umi jalani dengan iklash, bahkan keikhlasan inipun ayah ajarkan kepada anak-anak ayah. Pernah suatu saat di hari lebaran, kami tidak memiliki sepeser uangpun, anak ayah yg terkecil menangis belum memiliki baju lebaran, jangankan baju lebaran ,untuk sebuah ketupat saja kami saat itu tidak memiliki uang, tetangga juga tidak ada yang perduli bahkan keberadaan kami tidak mereka anggap, karena kami miskin.

Ku lihat mata mendung ayah, ayah seperti menerawang ke masa lalu, lantas apa yang ayah lakukan saat itu, tanyaku dengan santun.

“ Meidy…ketika kita sudah mencoba segalanya dan tidak tahu hendak berbuat apa, yakinlah Allah sudah mempunyai jawabanya. Yang penting kita jangan pernah berhenti berbuat kebaikan, dan jangan juga berharap semua orang akan menyukai kita walaupun kita telah berbuat baik, jadi tidak usah aneh dan kecewa apabila orang yang kita baiki ternyata malah berbuat jahat atau menyusahkan kita. Terus saja berbuat yang terbaik karena itulah yang akan kembali kepada kita, Disinilah nikmatnya sebuah ujian, dengan berpasrah diri kepada Allah, alhamdullilah kami bisa melalui masa-masa sulit itu, bahkan si bungsu ayah yang menangis itu malah memberikan baju-nya untuk si anak yatim” jawab ayah.

Jawaban yang sederhana namun mengandung makna yang luar biasa dari seorang ayah yg bijaksana.

" Salah satu kenikmatan Allah atas seseorang ialah dijadikan anaknya mirip dengan ayahnya (dalam kebaikan). (HR. Ath-Thahawi) "

2 komentar:

  1. alhamdulilah menyentuh yah mba ceritanya;)
    memang benar, kalo memberi harus ikhlas pasti akan dikasih jalan yang lebih dari sebelumnya sama Allah..
    dan rasanya lebih tenang ;)
    salam kenal yah
    RIA

    BalasHapus
  2. Yah....barangkali inilah contoh orang yang sudah bisa meng"ikhlasi" diri sendiri dengan baik, lalu menjadikan itu sebagai dasar berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.

    BalasHapus