24 Februari 2009

IKHLAS

Iklash artinya bersih, tidak ada campuran, ibarat emas, emas tulen tidak ada bercampur perak berapapun persennya. Pekerjaan yang bersih terhadap sesuatu, bernama IKLASH. Misalnya seorang mengerjakan upahan, semata-mata karena mengharapkan puji majikan, maka iklas amalnya itu kapada majikannya, atau dia bekerja memburu harta dari pagi sampai sore dengan tidak bosan-bosan karena semata-mata memikirkan perut, maka iklashlah dia kepada perutnya. Lawan iklash adalah ",isyrak" artinya berserikat/bercampu r dengan yang lain. Tempat Iklas dan Isyrak ialah di HATI.

Bilamana seorang berniat mengerjakan sesuatu pekerjaan, maka mulailah melangkah sudah dapat ditentukan kemana tujuan dan bagaimana dasar. Ada orang yang berniat hendak menolong fakir miskin. Zat pekerjaan memberi pertolongan, adalah baik, tetapi belum tentu baik jika dasarnya tidak subur. Barulah akan baik dari zat sampai kpd sifatnya jika didasarkan kepada IKLASH. Yaitu menolong fakir dan miskin karena Allah, bukan karena semata mengharap puji dan sanjung manusia. IKlash tidak dapat dipisahkan dengan Shiddiq (benar) tulus. Lurus dan benar niat dan sengaja hanya karena Allah belaka, tidak mendustai diri dengan mengatakan "karena Allah" padhal didalam hati bersarang karena puji, karena mencari nama dan lain-lain. Orang yang mulutnya mengaku benar, tetapi hatinya berdusta dia adalah golongan PENDUSTA. Seperti wahyu Allah (Al-Munafiqun: 1) "Bilamana datang kpdmu org2x munafik, berkata: Kami naik saksi bahwa engkau RasulNya,dan Allah pun menyaksikan pula bahwa orang-orang munafik itu dusta adanya" Disitu nyata bahwa yang berdusta, bukan mulut tetapi hati mereka tidak mengaku, atau pengakuan mereka tidak dari hati. Sesuai lidah dan hati, itulah IKLASH! lain di mulut lain dihati, bukanlah ikhlas, tetapi CULAS. Dalam bahasa kita, iklash itu tidak dipisahkan dengan jujur yang dalam bahasa halusnya "tulus", sebab itu selalu orang berkata "tulus iklash", dan ketulusan itu bukanlah di lidah saja, karena lidah mudah berputar, mudah mungkir. Karena Lidah berkata atas kehendak hati.

"Jangan terpedaya oleh seorang ahli pidato, lantaran pidatonya, sebelum kelihatan, bukti pada perbuatannya. Karena perkataan itu sumbernya ialah HATI. Lidah hanya dijadikan sebagai tanda dari hati"

Yukss... sama-sama kita mencari gelar " Orang yang tulus" karena dari ketulusan, timbulah TAQWA.

Kebahagiaan sedang menanti kita....bersabarlah

Wajah sahabatku itu terlihat sangat letih, terlihat jelas kedukaan diwajahnya, sinar mata yang selalu mengobarkan semangat terlihat mulai redup…hingga membuatku tak sanggup untuk menatapnya lebih lama.
Aku kenal betul sosok sahabatku ini, ku coba kuatkan hatiku namun tak urung aku menangis juga Ku paksa dia untuk bercerita, aku berharap dengan berbagi bisa mengurangi kedukaannya.

Semua diceritakannya dengan lepas, diujung cerita sahabatku ini berkata “kenapa jadi seperti ini mbak???”, …dengan kasih seorang sahabat kukatakan padanya “ coba sama-sama kita cermati masalah itu , sebenarnya kesulitan itu merupakan rahmat bagi kita. Bukankah kesengsaraan dan semua kesulitan yang timbul hanya merupakan satu dari dua sisi mata uang, sedangkan sisi lainnya adalah kegembiraan dan kesenangan yang akan dicapai setelah kita menempuh ujian ini.

Kukatakan pula, Papaku pernah berkata “jika seluruh jalan raya mulus dan rata, maka tentu sopir akan tertidur didalam kendaraan. Namun, jika sebagian jalan sedang dibangun, maka sopir tersebut akan tetap waspada ketika mengemudi, shingga dia akan mengemudi dengan hati-hati dan siaga”

Kulihat titik airmata mulai mengembang di pelupuk matanya. Kupeluk dia dan kukatakan, kebahagiaan sedang menanti diri kita, bersabarlah.

"Dan dari Wabishah bin Ma’bad rodhiallohu ‘anhu dia berkata: Aku datang kepada Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebajikan?”
Aku berkata,” Ya.”
Beliau bersabda, “Bertanyalah kepada hatimu. Kebajikan adalah apa yang menjadikan tenang jiwa dan hati, sedangkan dosa adalah apa yang menggelisahkan jiwa dan menimbulkan keraguan dalam hati, meskipun orang-orang terus membenarkanmu.”
(Hadits Imam Ahmad bin Hambal dan Musnad Imam Ad-Darimi)

05 Februari 2009

Rencana Indah Buah Hatiku

Hari rabu kemarin, saya pulang kantor lebih cepat dari biasanya, walhasil saya masih bisa bermain-main dengan si bungsu saya, sambil menemani si kecil bermain, saya memperhatikan Salsa,anakku yang nomer dua, terlihat dia seperti kesulitan memasukan uang seribu rupiahnya kedalam celengannya, namun dari bibirnya terus saja asik melagukan goyang duyu, lagu favorite nya.

Sebenarnya ada satu hal yang menggelitik fikiranku selama ini, setiap saya berikan uang saku untuk sekolah, langsung saja salsa memisahkan uang seribu rupiahnya dan di simpan ditempat pensilnya.

Dengan beranjak pelan,ku dekati anakku itu, aku bertanya atas rasa penasaranku selama ini.

‘dek, kalo bunda boleh tahu, untuk apa sih uang yang adek tabungkan itu?”

ya boleh lah…dengan gaya cueknya caca menjawab sambil tetap asik memasukan uang seribuannya satu persatu, hmmmm…. bunda tau gak??, Kalau aca sudah menabung banyak dan ini hampir penuh loh, emang kenapa sih, kok uangnya aca tabungin? tanyaku, ya aca hanya ingin memisahkan aja mana yang menjadi jatah aca untuk jajan, dan mana yang manjadi jatah orang lain”, jawab anakku itu.

Maksud aca apa sih…? aku melanjutkan bertanya.

“loch bunda lupa yah? Kan bunda yang mengajarkan, kalau agama dan Tuhan menyuruh kita untuk berbagi bersama, uang di celengan aca ini, nanti nya untuk biaya sekolah kakak Vindy dan buat beli buku kak Mantika”.

Hatiku sangat…sangat tersentuh mendengar jawaban itu, sungguh sebuah jawaban sederhana dari seorang anak kecil yang sangat mulia. Bahkan mungkin kita yang dewasa ini belum tentu memiliki fikiran dan rencana indah dalam hidup seperti rencana indah buah hatiku itu.

“ Allah selalu menolong orang selama orang itu selalu menolong saudaranya” (semuslim).
(HR Ahmad)