26 Maret 2009

Pintar saja tidak cukup

Hmmmm….ada apalagi ini gumamku sambil terus membaca forward-an sms Tien dari salah seorang orang tua asuh, sms itu jelas sekali memojokan kami. Lalu aku minta Tien untuk mencari tahu, dari mana sumbernya sehingga pihak orang tua asuh bisa mngirim sms seperti itu kepada kami.

“Mbak…ternyata sms itu akibat dari sebuah tulisan, harus segera kita klarifikasikan ke si pembuat tulisan itu…” ujar Tien. Ternyata…sumbernya dari nama itu lagi ….kenapa sih, dia selalu saja mengikuti bayang-bayang kita? Tidak juga puaskah hatinya dari atas apa yang telah dia lakukan kepada kami semua?

Hari minggu, kami semua mendatangi rumah beliau, sayangnya dia tidak ada, selanjutnya kami mencoba menghubungi, mencoba mengajak dia utk bertemu untuk menyelesaikan persoalan ini, tidak satupun telp kami yang di terimanya, akhirnya hari Rabu kami berhasil menemui beliau.

Dengan santun kami meminta beliau untuk menjelaskan apa maksud dari tulisan dia, kami mencoba menyadarkan, bahwa akibat dari tulisan beliau, menyebabkan km semua terpojok oleh pertanyaan** yang menyangkut pada harga diri, nama baik dan credibilitas kami. Dengan kepintaran berbicara yang dia miliki, terus saja dia berkelit, berusaha menghindar dari kebenaran yang memang telah kami dapatkan, bahkan dia malah mengatakan, seharusnya kami sendirilah yang membersihkan nama baik kami itu.

Aneh…..dia yang buang sampah kok kita yang harus membersihkan? Itu kata salah seorang kawanku.

Bahkan yang lebih menyakitkan, beliau mengatakan “apapun akibat dari tulisan dia, dia tidak mau memperdulikannya…..benar-benar manusia satu ini tidak lagi memiliki hati nurani, gumamku dalam hati.

Dengan tegas kukatakan, kami minta dia untuk segera membersihkan nama baik kami semua, namun, apa hasilnya? beliau malah kabur meninggal kan forum tanpa sanggup menjawab dan mempertanggung jawabkan dari atas semua perbuatannya…..sungguh teramat sangat disayangkan sikap sahabatku itu.

Aku teringat kembali pada tulisan-tulisannya yang telah aku baca. Lalu aku bertanya pada diri ku sendiri, dibalik kepintaran yang sudah di akui, ternyata dia tetap bodoh pada kebenaran-kebenaran . Kini aku menyadari, ternyata beliau hanya menulis berdasarkan daya khayalnya, menggunakan kemampuannya yang hebat untuk menvisualisasikan, mempersembahkan pada public, dan memberikan inspirasi.Namun ternyata, pada akhirnya dia tidak menghasilkan apa-apa kecuali kisah-kisah yang tidak mengandung kebenaran.

Orang-orang yang jenius bukan karena kita menyadari kebahagiaan dan kedamaian, tetapi karena kita membiarkan diri sendiri terbakar agar dpat menerangi orang lain. Tetapi, yang benar-benar jenius adalah bila hati kita disinari lebih dahulu, baru kemudian kita menunjukkan jalannya kepada orang lain. Kita akan membangun sebuah pondasi petunjuk dan kebaikan pertama kali untuk diri kita sendiri dulu, lalu selanjutnya baru untuk orang lain.

Apa manfaatnya bagi seseorang menjadi raja, sementara hatinya penuh dengan pertentangan? Bila bakat dan kesuksesan seseorang tidak menghantarkan orang pada keselamatan, lalu untuk apa kebaikan mereka?

“Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka” (Muhammad (47):30)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar