21 Desember 2008

Aku Bangga bisa Mengenalmu......Tersenyumlah Hendrik

Sayup terdengar dari ruang tengah suara lantunan merdu dari mas agus & kak rika melantunkan salawat Nabi….bergegas kami menuju ruang tengah untuk melaksanakan tahjud bersama.

Suasana begitu hikmat ketika kita melaksanakan 8 rakaat tahjud dan 3 rakaat witir berjemaah, suasana begitu hening…seakan-akan Allah hadir ditengah kita…

Dingin mulai mengigit sampai sumsum…waktu penunjukkan pukul 03:15, tahajud bersama telah selesai kita laksanakan…tampak dibarisan muka Jaka dan hasbi dengan setengah mengantuk…namun bibir mereka terus melantunkan zikir

Kak Agus membuka percakapan, dan memulai sesi perenungan, aku segera beranjak dari tempat ku duduk untuk duduk disebelah mas Agus.

Kami meminta Handrik utk maju kemuka, dan menceritakan kisah hidupnya.

Cerita hendrik bergulir satu demi satu, Hendrik terlihat bersemangat,bahkan tidak terlihat sedikitpun kekecewaan diwajahnya saat dia bercerita detik-detik menjelang kepergian sang Ayah….saat menjelang ajal, sang ayah ada dirumah sakit, saat itu hendrik berpacu dengan waktu utk melepas kepergian sang Ayah….namun tidak ada satu org pun yg bersedia utk meminjamkan motor kepadanya, yg mana pada akhirnya Hendrik harus rela utk tidak dapat bertemu sang Ayah selama-lamanya tanpa sempat mengucapkan kata selamat tinggal.

Semua tertunduh dan terdiam mendengar kisah hendrik ini …..tiba-tiba Kak Rika bertanya “kenapa ibu Hendrik menangis, ktika kak rika minta ijin utk mengajak hendrik utk ikut ditafakur alam ini ??? Ibu mu bilang “ nanti tidak ada yg membantu dia”

Hendrik hanya memberikan sebuah senyuman kpda kak rika, senyuman yg sarat akan makna….rasa penasaran menggangguku dan membuatku memaksa hendrik untuk bercerita….

Setiap hari minggu saya membantu ibu….hendrik terdiam beberapa saat….hatiku berbisik…gerangan apalagi yang dikerjakan anak ini??? Perlahan kubisikan….bolehkan bunda dan teman** disini tahu apa yang Hendri kerjakan??? Dengan wajah bangga dan suara tegas Hendrik menjelaskan….setiap hari minggu, aku dan ibu memungut dan mengangkat sampah-sampah di komplek dekat rumah, itu adalah pekerjaan ayahku saat masih hidup, sebelum meninggal Ayah berpesan kepada Ibu…agar aku tetap melaksanakan tugasnya itu sebagai bekal untukku di akhirat nanti…. Aku kembali dibuatnya tergugu dan terkagum-kagum dengan penjelasan anak ini…hingga membuatku tidak sanggup lagi berkata-kata…

Ingin rasanya kupeluk anak ini dan kubisikan….Nak engkau anak hebat…anak yang sangat berbakti…, aku bangga bisa mengenalmu

Beginilah cara al-Qur’an dan hadits-hadits menjelaskan mengenai kewajiban anak terhadap orang tua. Mereka harus menghormati, berbuat baik, mentaati dan tidak berkata buruk atau sesuatu yang menyakitkan kedua orang tua. “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” QS. Al-Isra’, 17: 23.

Dalam hatiku berdoa “ semoga Allah selalu melindungi anak ini dimanapun dia berada, dan selalu melimpahkan kasih sayangnya untuk anak yang sholeh ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar