16 Desember 2008

Faith

Apakah dengan semata-mata taat mengerjakan ibadah itu saja, sudah boleh seorang disebut mukmin? Atau apakah mentang-mentang telah meninggalkan kejahatan telah boleh disebut mukmin???

Belum!! Sebab imam itu adalah kemuliaan yang mahal harganya. Manusia itu tidak ada bedanya pada sisi Tuhan,yang berbeda adlah karena kelebihan imam.

Sebab itu mesti diuji Tuhan lebih dahulu dalam dan dangkalnya iman seseorang, jika tidak bergeser iman dari tempatnya ketika datang ujian dan cobaan, barulah boleh disebut beriman.

Kadang telah berkali-kali kita berdoa, bermohon dan meminta dengan sepenuh hati kepada Tuhan, tetapi permintaan dan doa kita tidak juga dikabulkan, apakah kita mendongkol lantaran belum terkabul?? Atau berkecil hatikah kita??

Seorang mukmin tidak mendongkol dan kecewa lantaran permintaannya belum terkabul, karena dia tahu bahwa dirinya itu dibawah perintah dan aturan Tuhan semesta.

Nabi Zakaria yang taat, pernah dipaksa oleh seorang raja yg zalim utk menghukumkan halal barang yg diharamkan Allah, yaitu menikahi anak tiri. Zakaria tidak mau mengubah hukum, walaupun bagaimana, shingga dia dibunuh oleh raja itu. Demikian juga anaknya Yahya, dibunuh juga sebab keras mempertahankan hukum sebagaimana ayahnya.

Orang yang dangkal penyelidikan tentang arti perjuangan hidup tentu akan bertanya:
“Apakah sebab Tuhan Allah membiarkan saja utusan yang dipilihNYa mati dibunuh orang?mengapa tidak dipeliharaNya? Lemahkah Tuhan itu membela utusanNya?”

Kita jangan menyangka, bahwa Allah lemah menolong hambaNya. Teka teki hidup ini amat banyak, orang berakal mati dalam kelaparan, orang bodoh dapat mengumpulkan harta. Pembela kebenaran terpencil didalam hidup, Pengecoh menjadi kaya raya, orang kafir mempunyai harta benda berbidang-bidang tanah, orang islam jadi penyapu jalan. Selidiki dulu rahasia semua, baru ambil kesimpulan.

Seblum kita lihat kesengsaraan yang ada pada kita, mari kita lihat sengsara yang ditanggung para nabi.

Pernahkah mereka mengeluh???
Tidak, karena mereka yakin bahwa kepercayaan kepada Tuhan menghendaki perjuangan dan keteguhan. Mereka tidak menuntut kemenangan lahir, sebab mereka menang terus.

Mereka memikul beban seberat itu, menjadi Rasul Allah, memikul perintah Tuhan karena cinta akan Tuhan, memberi petunjuk manusia karena cinta akan manusia. Sebab itu mereka tempuh kesusahan, pertama membuktikan cinta akan Tuhan, kedua mengembleng batin, ketiga karena rahim dan sayang akan segenap ummat.

Maka apakah lagi yang akan kita keluhkan lantaran cobaan??
Dimanakah derajat kita dibandingkan dengan Nabi-nabi?
Mari kita tempuh liku-liku hidup, mari kita berjuang!
Mari kita bersabar, bertawakal dan berani!
Mengikuti langkah para Nabi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar